Tips mengepak tas kamera untuk traveling

Akhir bulan ini saya bersama teman-teman alumni dan pembaca akan melakukan tour fotografi ke Kamboja. Seperti biasanya, saya sering ditanya tentang apa yang sebaiknya dibawa dan bagaimana membawanya. Oleh sebab itu, saya coba sharing tips packing saya.
  • Yang penting kamera, lensa dan elektronik yang bernilai tinggi harus berada bersama kita setiap waktu, termasuk saat kita berada di kabin pesawat. Jangan check-in kamera dan lensa ke dalam bagasi pesawat. Resiko hilang atau rusak cukup besar.
  • Cari tau aturan batasan yang ditentukan maskapai. Biasanya dua tas diperkenankan untuk dibawa ke kabin pesawat. Contohnya maskapai Air Asia. Maskapai ini memperkenankan tas koper/ransel berukuran maksimum panjang x lebar x dalam : 56 x 36 x 23 cm dan tas ukuran menengah. Berat maksimum sebuah tas 7 kg. Biasanya tas yang dibawa ke kabin tidak diperiksa beratnya, yang penting fisiknya jangan terlalu besar dan terlihat keberatan saat membawanya. Setiap maskapai punya halaman khusus tentang ini. Misalnya halaman di Air Asia.
  • Tripod biasanya harus dimasukkan ke bagasi pesawat kecuali jika dimasukkan kedalam koper untuk check in. Alternatif lain yaitu dititipkan di bagian OOG (out of gauge) supaya tripodnya tidak ditumpuk-tumpuk dengan koper lainnya yang besar dan berat.
  • Meskipun tas kita berukuran besar, tapi jika kita tidak perlu mengisinya sampai penuh. Gelar semua peralatan yang ingin dibawa dan putuskan mana yang penting dan tinggalkan mana yang tidak perlu dibawa.
  • Karena boleh membawa dua tas, jika memungkinkan peralatan yang berat didistribusikan ke dua tas. Jangan mengisi salah satu tas terlalu penuh/berat.
  • Saat menyusun isi tas, masukkan yang besar dan berat terlebih dahulu di bagian paling bawah, baru yang lebih kecil dan ringan.
  • Pastikan menyusun isi tas dengan rapat dan ketat. Manfaatkan divider (busa pemisah di dalam tas) untuk mencegah pergesekan antar lensa dan kamera.
Rekomendasi jenis tas kamera
  • Tas selempang (shoulder/messenger bag) : Praktis untuk mengakses peralatan kamera dan lensa secara langsung, namun jika berat peralatannya mencapai 5 kg atau lebih, bahu bisa sakit. Usahakan membawa 1-2 lensa tambahan saja saat memakai lensa selempang.
  • Tas ransel (backpack/rucksack) : Cocok untuk membawa kamera dan 3-4 lensa tambahan, lampu kilat, laptop, dll. Cocok untuk kegiatan fotografi yang melibatkan perjalanan yang jauh atau hiking.
  • Sling bag : Kapasitasnya biasanya hampir sebesar tas ransel, tapi talinya cuma satu. Keunggulannya mudah mengakses peralatan, tapi bahu bisa lebih cepat sakit jika bawaannya banyak.
  • Tas pinggang (beltpack) : Biasanya kapasitasnya kecil, tapi praktis untuk mengakses kamera/lensa dan bisa diputar ke samping atau ke belakang supaya tidak mengganggu saat memotret.
Strategi saya
Saya berencana akan membawa tas ransel untuk diisi dengan kamera, lensa dan laptop untuk dibawa ke kabin pesawat. Saya juga akan membawa tas selempang yang akan saya isi dengan aksesoris dan barang kebutuhan pribadi lainnya. Setelah tiba di lokasi, saya akan memindahkan kamera dan lensa saya ke tas selempang sehingga lebih memudahkan akses ke peralatan saya di lapangan.

posted under | 0 Comments

Kamera dan Lensa

Dorongan untuk membeli kamera dan lensa

Koleksi kamera jadul. Hati-hati jamuran! :)
Koleksi kamera jadul. Awas jamuran! :) Foto Silvio Coelho – Wikimedia Commons
Sebelum saya berangkat jalan-jalan, atau menerima job foto baru, saya selalu ingin membeli sesuatu, entah kamera, lensa, atau aksesoris lainnya. Rasanya kurang afdol jika belum beli sesuatu yang baru.
Memang, kalau sudah kecanduan belanja, sulit disembuhkan, apalagi kalau limit kartu kredit dan ada tawaran cicilan 0% masih ada. Meski sebenarnya saya tidak membutuhkan kamera atau lensa baru, tapi saya selalu berusaha meyakinkan diri saya sendiri dengan berbagai alasan bahwa saya perlu peralatan baru tersebut.
Di tahun ini, saya berusaha menekan dorongan untuk membeli yang baru-baru. Dan usaha saya bisa dibilang lumayan, meskipun belanjaan tetap ada saja, tapi tidak sebanyak tahun lalu.  Salah satu belanjaan tahun ini adalah kamera Canon 650D, yang memang dibutuhkan untuk kupas tuntas kamera DSLR Canon dan saat gak ada kelas, kameranya dipakai istri saya. Tahun ini, jumlah belanja saya hanya setengahnya tahun lalu.  Tahun ini saya juga menjual dua kamera bekas yaitu Sony NEX 6 dan Canon 550D sehingga net pengeluarannya relatif rendah.
Lima-enam tahun yang lalu, belanja fotografi saya lebih banyak lagi. Setengah dari belanjaan dipakai untuk bekerja, setengahnya sekedar ingin coba-coba saja. Positifnya saya jadi bisa kenal banyak kamera, lensa dan bisa membuat review. Tapi gak enaknya adalah waktu dan uang di bank menguap dalam waktu singkat. Sebagian besar juga saya jual lagi karena gak cocok dan jarang dipakai.
Sebenarnya, sebelum berangkat tour fotografi Kamboja akhir November ini, saya tertarik membeli lensa lagi, yaitu Nikkor 70-200mm f/4 VR yang ukurannya ringkas dan optiknya tajam. Harganya sekitar 15 juta. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, sepertinya gak perlu, karena saya sudah punya lensa Sigma 70-200mm f/2.8 Macro HSM yang agak berat (1.5 kg) tapi kualitasnya oke :)
Belajar dari tahun ini saya ingin berbagi tips sebelum berbelanja
  1. Cari tau dan tanya-tanya dulu secara mendalam tentang kamera, lensa, atau aksesoris yang ingin dibeli. Apakah cocok? Seringkali, kamera dan lensa termahal belum tentu cocok dan praktis digunakan.
  2. Renungkan apakah dorongan untuk membeli itu karena kebutuhan atau keinginan sesaat. Jangan terburu-buru, tunggu sekitar dua minggu. Jika dorongan itu melemah atau menghilang, kemungkinan besar dorongan membeli hanya hasrat sesaat.
  3. Diskusi dengan istri sering membantu. Saya sering menanyakan Iesan yang sifatnya lebih hati-hati dan hemat dari saya. Biasanya dia bisa memberi input yang bagus.
  4. Jangan beli kamera atau lensa yang baru diluncurkan. Tunggulah sekitar 3-4 bulan. Karena kadang-kadang yang baru diluncurkan bermasalah. Contohnya Nikon D600 yang saya beli tahun lalu ternyata bermasalah dengan partikel oli dan debu di sensor gambar. Waktu itu saya buru-buru membeli D600 yang baru dikeluarkan tanpa diskusi dulu dengan istri karena sedang pulang kampung.
  5. Bersyukur dengan peralatan yang sudah dimiliki, sambil membayangkan betapa semangatnya saat Anda membeli kamera/lensa dan mengunakannya untuk pertama kalinya.
  6. Manfaatkan dulu yang sudah ada, keterbatasan gear kita akan merangsang kreativitas dan semakin kita investasikan waktu ke fotografi, semakin sedikit kita memikirkan untuk membeli gear baru.
  7. Jika kita sudah punya kamera/lensa, dan ternyata tidak cocok, atau jarang dipakai, daripada duduk manis di lemari mengumpulkan debu dan jamuran, pertimbangkan untuk menjualnya, terutama kamera yang harganya terus menurun.

posted under | 0 Comments

Human Interest

Apa itu foto Human Interest?

Fotografi human interest (HI) adalah potret dari kehidupan seseorang yang menggambarkan suasana/mood dan menimbulkan simpati dari orang yang melihatnya.
Awalnya, human interest photography lebih termasuk kedalam bagian dari fotojurnalisme, yaitu menggambarkan kehidupan dan interaksi manusia dengan lingkungannya, dan lalu bertujuan supaya mengetuk hati orang-orang untuk bersimpati dan melakukan sesuatu untuk membantu subjek foto.
Di dalam fotojurnalisme, human interest termasuk dalam bagian feature. Bagian ini biasanya sisipan dan bukan untuk berita utama. Kategori human interest lebih banyak tentang kehidupan individu atau masyarakat biasa yang jarang diulas.
Human Interest cukup luas cakupannya tapi sering dicampur-adukkan adukkan dengan kategori lain seperti Portrait photography, culture photography (budaya), street photography, travel photography, conceptual photography, dll.
Kebanyakan foto human interest adalah menggambarkan kehidupan masyarakat dengan ekonomi lemah atau di daerah pedalaman, tapi sebenarnya human interest tidak membatasi pada subjek masyarakat kelas bawah saja, tapi juga termasuk potret keberhasilan dari masyarakat kelas atas.
Foto human interest bisa terdiri dari satu foto atau rangkaian foto yang bercerita (photo story/essay).

Tips dalam memotret Human Interest

  • Untuk membuat foto human interest yang bagus, dibutuhkan karakter yang kuat/menarik, ekspresi yang hidup dan cerita yang menyentuh.
  • Human interest biasanya dibuat dengan candid, yaitu orang yang dipotret tidak merasa difoto, tidak diarahkan oleh fotografer/penata gaya sehingga berkesan alami dan orisinil. Jika diarahkan dan setting lampu, special effect, atau olah digital/manipulasi secara berlebihan, jadinya hasil foto lebih cocok masuk dalam kategori portrait atau conceptual photography.
  • Momen dalam memotret sangat penting, menguasai pengaturan kamera merupakan keharusan.
  • Masih kaitannya dengan menangkap momen, gunakan foto berturut-turut untuk menangkap momen yang setiap detiknya berubah dengan cepat.
  • Lensa telefoto yang memiliki jarak fokus antara 50-300mm akan membantu untuk memotret secara candid, meskipun lensa menengah dan lebar juga bisa untuk human interest jika Anda memiliki hubungan yang baik dengan subjek foto.
  • Memotret dengan kamera compact bisa juga efektif terutama memotret dari jarak dekat. Subjek tidak akan merasa terintimidasi dan bereaksi seperti saat kita mengunakan kamera DSLR dan lensa yang besar.
  • Komposisi yang baik adalah yang menonjolkan ekspresi atau bahasa tubuh subjek foto dari lingkungan hidupnya.
Anak Nelayan yang hidup di rumah terapung di danau Tonle Sap Lake, Kamboja. Lensa telefoto 200mm f/2.8 1/640 detik, ISO 160
Anak Nelayan yang hidup di rumah terapung di danau Tonle Sap Lake, Kamboja. Lensa telefoto 200mm (ekuiv FF), f/2.8 1/640 detik, ISO 160
Penjual sayuran di pasar tradisional Kamboja. Meskipun miskin, tapi nenek ini tetap happy dalam menjalani hidup. ISO 160, 28mm (ekuiv. FF, f/2.5, 1/90 detik). Dengan kamera compact saya bisa membuat foto yang lebih intimate tanpa mengintimidasi subjek foto.
Penjual sayuran di pasar tradisional Kamboja. Meskipun miskin, tapi nenek ini tetap happy dalam menjalani hidup. ISO 160, 28mm (ekuiv. FF, f/2.5, 1/90 detik). Dengan kamera compact saya bisa membuat foto yang lebih intim/dekat tanpa mengintimidasi subjek foto.

posted under | 0 Comments

Dasar Fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris : photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

Teknik Dasar Fotografi

Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.

A. FOKUS
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.

B. EKSPOSURE
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).

Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk.

Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik.
"Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."

Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release ditekan)

Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"

Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.


posted under | 0 Comments

Dasar Fotografi

Contoh Tulisan Berjalan Final Fantasy 7 Cloud Strife
divine-music.info
divine-music.info

divine-music.info
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers


Recent Comments